Penting untuk orang tua ketahui bahwa stres dapat dihadapi oleh semua kalangan, tidak hanya orang dewasa, melainkan anak kecil dapat merasakannya. Tidak sedikit orang tua menerapkan metode yang tidak tepat dalam mendidik anak. Rasa tertekan, terpaksa dan tidak bahagia dapat timbul seketika dalam mendidik anak dengan cara yang salah.
Peran orang tua merupakan penentu terbaik dari kebahagiaan seorang anak. Saat orang tua mengajarkan dengan cara kekerasan atau anak pernah melihat orang tuanya melakukan kekerasan, maka kejadian tersebut akan terekam sehingga anak akan menirukannya.
Menurut praktisi pendidikan anak, Eddy Wiyono bahwa dari anak, orang tua belajar untuk memahami, sabar, dan jujur pada diri sendiri. Agar merasakan bahagia saat mendidik anak, orang tua juga harus memahami bahwa setiap anak memiliki keunikan dan tidak selalu sama dengan anak lainnya. Jika orang tua menyadari akan hal tersebut, maka akan timbul reaksi positif diantara keduanya.
Ketika di usia dini antara anak dan orang tua sudah harus bisa menjalin keterdekatan yang saling memahami dan tidak menuntut satu sama lain. Dengan begitu, saat anak memasuki bangku sekolah tingkat stres anak dapat teratasi. Faktanya, survei yang dilakukan Association of School and College Leaders menunjukkan bahwa 55 persen anak sekolah mengalami stres dan kecemasan yang cukup tinggi.
Berdasarkan The Guardian dan Psychology Today, cara mengatasi agar stres tidak membawa dampak buruk pada anak:
1. Jadi pendengar yang baik
Bagian ini akan lebih mudah dilakukan apabila saat usia dini, keterdekatan anak dan orang tua sudah terjalin erat, seperti saling percaya dan memahami satu sama lain. Dengan begitu, saat anak menghadapi masalah di sekolah seperti mendapat nilai jelek, dapat teratasi dan anak dapat dengan terbuka (cerita) terhadap orang tua.
2. Ajarkan anak mengelola stres mereka sendiri
Anak bahwasanya akan mengekspresikan amarah atau frustasi apabila mengalami stres. Peran orang tua adalah gunakan kata-kata baik untuk membantunya belajar dan mengajarkan untuk dapat mengendalikan emosinya. Caranya dengan memberikan pemikiran positif saat anak mengalami stres, dengan begitu tidak akan mempengaruhi mood berkepanjangan.
3. Jaga ekspektasi
Anak memang perlu diberi motivasi agar semangat belajar dan membuat pencapaian di sekolah dan lingkungannya. Peran orang tua mencari tahu pelajaran yang paling disukainya. Dukung anak untuk menekuni pelajaran yang disukainya. Apabila ada pelajaran yang tidak disukai, tanyakan kepada anak penyebabnya dan pecahkan solusinya bersama dengan anak. Bila harus dilakukan untuk les tambahan (tidak berlebihan), putuskan secara bersama dan ajarkan komitmen terhadap anak sejak dini. Ingat! Gunakan kata-kata baik dan jangan sampai anak merasa terbebani atau tertekan. Memaksa atau menuntut secara berlebihan tidak akan baik untuk perkembangan psikis anak.
4. Berikan ruang untuk anak
Anak-anak butuh waktu untuk bersantai dan menjadi “anak-anak” semestinya dengan memberikan kesempatan anak untuk bermain setiap hari. Tujuannya agar anak dapat mengurangi rasa stres dalam dirinya. Namun perlu diingatkan bahwa buat perjanjian sebelumnya berapa lama waktu belajar dan bermain. Kesepakatan ini harus ditentukan oleh orang tua dan anak, dengan begitu secara tidak langsung mengajarkan anak untuk disiplin.
Pola menjaga beban pikiran anak sangat diperlukan dan membutuhkan pendekatan yang baik. Tingkat stress anak tidak akan terjadi apabila adanya kedekatan dan keterbukaan antara orang tua dan anak. Oleh karena itu, bangun rasa tingkat kepercayaan dan kedekatan sejak dini di usia “Golden Age” (0-5 tahun).