Kulit bayi yang baru lahir memiliki tingkat super sensitif sehingga perlu diperhatikan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar bayi. Kebersihan merupakan kunci utama untuk menghindari terjadi masalah kulit pada bayi.
Kulit bayi yang baru lahir memang rentan terhadap beragam ruam dan masalah kulit lainnya. Bahwasanya, masalah kulit pada bayi umumnya tidak membahayakan, mudah ditangani serta dianggap normal dan akan hilang seiring waktu. Berikut masalah kulit saat bayi baru lahir:
1. Hemangioma
Kondisi yang paling sering terjadi pada bayi, berupa benjolan di bagian wajah dan leher. Benjolan pada kulit bayi bahwasanya muncul saat bayi baru lahir atau setelah beberapa minggu atau bulan. Hemangioma terbentuk ketika pembuluh darah kecil tumbuh secara tidak normal dan berkumpul menjadi satu. Faktor meningkatkan risiko munculnya hemangioma adalah berjenis kelamin perempuan, lahir prematur, memiliki berat badan lahir rendah, dan adanya kelainan genetik yang diturunkan dalam keluarga. Bahwasanya, benjolan akan mengecil ketika anak sudah memasuki masa pubertas (5-9 tahun). Pengobatan secara sederhana bisa dengan cara mengompres benjolan menggunakan air hangat sampai mengempes atau hilang.
2. Impetigo
Kulit bayi yang memerah dan melepuh tidak selalu menjadi tanda cacar air. Impetigo adalah penyakit kulit menular yang ditandai dengan luka merah pada bagian wajah, sekitar hidung ataupun mulut.
Penyebab utama impetigo adalah adanya infeksi bakteri akibat gigitan serangga atau goresan kuku. Impetigo dapat dialami oleh siapa saja, namun lebih sering terjadi pada anak berusia baru lahir dan 2-5 tahun. Hal ini dikarenakan sistem kekebalan tubuh yang belum cukup kuat untuk melawan bakteri penyebab infeksi. Pengobatannya dengan cara mengompres menggunakan air hangat untuk melunakkan luka iritasi akibat impetigo.
Pencegahan impetigo dengan rajin mencuci tangan setelah berativitas di luar, tidak menyentuh atau menggaruk luka, menjaga kebersihan lingkungan (mengganti sprei, mencuci pakaian), dan memotong kuku untuk menjaga kebersihan.
3. Cradle Cap
Bahwasanya kondisi ini muncul di kulit kepala, namun tidak menutup kemungkinan dapat muncul di wajah, telinga, leher atau lipatan kulit. Cradle cap tidak membahayakan namun cukup mengganggu pemandangan. Cradle cap mirip kerak besar, berminyak, dan berwarna kuning atau kecokelatan yang menempel di kulit kepala. Sedikit demi sedikit, kerak akan rontok dan meninggalkan bekas kemerahan. Cara mengatasi cradle cap yaitu:
- Menjaga selalu kulit kepala dari keringat atau air, karena dapat menyebabkan cradle cap tidak segera mongering. Kulit kepala yang terlalu lembab akan memicu rasa gatal akibat pori-pori yang tersumbat cradle cap.
- Gunakan air hangat untuk melunakkan cradle cap yang masih melekat pada kulit kepala bayi.
- Baby oil juga dapat melunakkan cradle cap yang diaplikasikan pada seluruh permukaan kulit kepala menggunakan tangan atau kapas lembut dan berikan sedikit pemijatan.
- Sikat lembut atau washlap seperti gerakan menyisir dengan tujuan untuk mengangkat cradle cap yang telah lunak oleh air hangat ataupun penggunaan baby oil. Cara mengusap kulit kepala dari depan menuju belakang sambil dilakukan pemijatan.
4. Mongolian spot
Mongolian spot merupakan tanda lahir yang terbentuk dari penumpukan pigmen melanosit (zat pewarna alami kulit) di satu area kulit tertentu selama embrio bayi masih dalam masa perkembangan di kandungan. Mongolian spot bahwasanya berurukuran 2-8 cm dengan bentuk tidak beraturan dan terletak di pantat, punggung bawah, kaki atau lengan.
Tanda lahir pada bayi ini tidak berbahaya dan tidak terkait dengan kondisi kesehatan atau penyakit kulit tertentu. Mongolian spot tidak dapat dicegah, tapi kemungkinan akan memudar sendiri, tapi bukan tidak mungkin tetap bertahan sampai dewasa. (lasd)